Tuesday, November 1, 2011

Puisi Cinta




pipimu merah seranum mawar
bibirmu indah membingkai senyum
matamu teduh menghangatkan
rambutmu mengkilat sehitam malam
bau keringatmu seharum kesturi
kaulah bidadari kayangan
menjelma jadi dirimu
wahai sayangku........... 

aku seperti bunga mawar di tengah hutan
diantara pohon dan rumput liar
lihatlah aku begitu perawan
kelopakku ranum baru bermekar
mempesona yang memandang
petiklah aku dengan cintamu....
milikilah aku dengan ragamu...
ciumi wangiku dengan rindumu.......
tawanlah aku di istana hatimu
jadikan aku bunga perawanmu.........


inikah balasan yg kuterima
sakit yang tiada tara
setiaku membelunguku
cintaku menghancurkanku
rinduku memporak porandakanku
tak pernah ku tahu apa yang terjadi
yang ku tahu kini kau telah pergi
meninggalkan luka yg tak terperi
janjimu kau yg kan kembali
tak kau tepati
kemana rasa sayang itu
sedikit kesalahanku membuatmu berlalu
sebatas inikah cintamu???

Friday, September 30, 2011

INDAHNYA BERSAMAMU

Kurangkai kata indah menjadi sebuah nama
Agar kau tahu apa yang kurasa
Kurasakan cinta saat di dekatmu
Cinta yang indah untuk dirimu yang terindah dh hatiku

Lembutnya sikapmu membuat hatiku luluh
Jatuh dalam pesona cinta yang terpancar dari wajahmu

Bila dewi cinta ada dipihakku
Kukan memohon padanya untu buatmu mencintaiku
Namun, kutak ingin menyakitimu
Dengan memaksamu untuk mencintaiku

Kuingin kau rasakan cinta yang kurasa
Dan biarkan cintaku mengisi hatimu

Dengarlah bisik hatiku
Kuucap cinta yang indah untukmu
Tuk jalani hidup yang indah bersamamu
Dan terjalin abadi untuk selamanya

Thursday, September 29, 2011

TELAH KU TEMUKAN PUISI DALAM SEBAIT CINTA

Tetes hujan yang melambai di kaca jendela ia mencari alamat sungai. Aku mencari alamat hatimu. Kutemukan telaga: sebuah genangan sunyi, tanpa ombak tanpa nyanyi, lalu kutenggelam dalam bening puisi. Itulah yang istimewa tentang dirimu, ketika segayung hujan membasuh telapak tanganmu, aku terhanyut di situ, lautan teduh dekapanmu. Maka aku menyamar hujan, memelukmu deras, mencium parasmu dengan kecup rintik yang tak pernah tuntas.

Di telapak tanganmu aku mengembara tanpa berhenti, menyusuri garisgaris sungai keberuntunganku. Setiap garis adalah makna. Membawaku pada muara bernama cinta. Aku di situ melukis sawahsawah yang menguning dengan jejak hidupku. Rerumputan, ilalang, kenangan, dan bunga-bunga rindu. Airmata dan semesta. Hujan dan doa. Membentangkan tenda cahaya tempat kita menghabiskan waktu dan bara. Setiap bintang adalah karunia. Setiap titik waktu yang aku petik untukmu.
Aku ingin menulis seperti sebaris embun yang kauselipkan pada seliris kuntum di bibirmu. Cukup manis walau hanya sebait senyum. Kutahu, puisi tak selalu tercipta dari kata. Tetapi hanya dengan kata kumampu menceritakan puisi ini padamu.

Wednesday, September 28, 2011

SELAMAT TINGGAL

 By, Chairil Anwar...


aku berkaca......
ini muka penuh luka.....
siapa punya....

kudengar deru menderu...
dalam hatiku....
apa hanya angin yang lalu...

lagu lain pula....
menggelepar di tengah malam buta...
segala mengental...
segala menebal...
segala tak kukenal...
selamat tinggal...

KEKASIH YANG MENINGGALKAN DIRIKU

Seperti langit yang terkoyak oleh petir
Seperti itulah batinku ketika kau mangkir
Manisnya cinta bercampur pahit getir
Bayangan dirimu seakan abadi terukir

Cintamu semu bagaikan pelangi
Begitu indah namun hanya ilusi
Jeritan dan rintih tiada arti
Kami kau tinggalkan melirih

Jiwaku kosong ketika ia pun pergi
Aku sekarang sendiri
Menatap langit dengan air mata tak henti
Langit pun menangis tiada henti
Menggantikan aku yang lelah menanti

Hampa mendera diriku
Dendam marah dan benci meliputi auraku
Namun apa dayaku
Harus kuterima kenyataan tentang dirimu

Masih teringat jelas di benakku
Kau serahkan aku sebagai silih dirimu
Tanpa rasa iba kau tidak membelaku

Sayatan demi sayatan ku terima
Seluruh jiwaku terluka
Kau melihatku dengan mata terbuka
Tanpa mengucap sepatah kata

Kini aku hanya bisa mendengar nafasku
Yang terengah-engah mengais setitik hidup yang hampir sirna
Aku letih ya Tuhan, biarlah aku melepasnya

Kini dari tepi sungai belerang
Engkau selalu meratapi sebuah batu
Batu kusam yang akan hilang oleh waktu

PERPISAHAN DENGAN SAHABAT SETIA

Kawan ku,
Jika ada saudaraku yang lain diantara kakak dan adikku itu pastilah kau

Saudara ku
Kita sama menyusuri ombak kecil jikala pasang
Berpanas ceria dikala terik

Sahabat ku
Kita mungkin saja pernah menghempas tangis berdua
Bertindih susah bersama-sama
Bermandi keringat tanpa jeda
Tapi aku tak kan bisa gembira tampamu di tanah baru nanti

Sahabat ku
Akan tiada lagi kita berdebat soal bulan
Tak akan pernah lagi berlomba memacu perahu
di tanah baru mungkin akan gersang tampamu

Sahabat ku
Percayalah perpisahan ini tidak membawa senang padaku
Namun ini harus kujalani
Namun kelak kita kan bersua lagi, dengan mengulang kisah-kisah kita kini.

Tuesday, September 27, 2011

MAAFKAN AKU

Maaf kumeninggalkanmu
Cinta sejati tak memberi petunjuk pada kita
Ini terpaksa kulakukan
Temkan cinta sejatimu sendiri
Bukan niatku sandarkan punggung ini padamu

Sungguh kau mengerti aku
Sedihku perasaan ini meleleh
Tapi janji tetap harus ditepati
Aku bertahan untuk memanggil sunyi
Dia ada disana melihatku

Di tempat dia sendiri mengisi waktu
Dengan memikirkanku penuh sesak
Hiruplah cinta baru sayang
Kita tercipta bukan untuk bersama

TAK KAN PERNAH KUMINTA LAGI

Kau pernah titipkan hatimu padaku
Aku jaga, aku tak ingin hatimu terluka
Dan ku pun titipkan hatiku padamu
Kau jaga, kau basuh dengan cintamu....

Dan ketika cinta tak lagi pada kita
Aku dan kamu mendapatkan cinta yang lain
Kau minta hatimu yang ada padaku
Tapi ku tak bisa meminta hatiku lagi...

Karena hatiku masih di sana
Di lubuk hatimu yang terdalam
Tak pernah kuminta hatiku kembali
Karena hatiku hanya padamu...

Selalu hatiku akan di sana
Selama aku masih bernyawa
Kan selalu hatiku ada
Tak akan pernah kuminta lagi....

PILAR RINDU

Pilar pilar ini rapuh tanpamu
Sepi dingin tanpa dirimu
Melangkah saja aku enggan
Menunggu disudut padahal cuma 5 menit
Rinduku padamu menyiksaku saat ini
Dikeramaian para surgawi bahkan
Sambutku senyum pasti diawal melihatmu
Melihat wajah indah cerah hariku kini

Puisi kerinduan ini bukan hanya sekedar tulisan
Lebih tepatnya memaknai seribu hati yang jemu
Jemuku diatas kesendirian
Jujur ku rindu kau datang sayang
Panggilan mereka TAK KUDENGAR
HANYA JAJARAN HATIKU YANG MENUNGGUMU
Menunggu saat ramai tiba
Tepat dihadapanku mentariku

MASIH MILIKMU

Padamkan sejenak tatapan buta itu
Pahami rasamu yang sedikit menyejukkan ruang sepiku
Meski tak begitu ku lihat nyata
Namun, kan ku coba mulai meraba hadirmu kembali

Dengan sedikit ku buka ruang singgah
Berharap kau mampu tuk mengintip ke dalamnya
Dan… kau mengerti setiap sudut tentang duniaku baru

Masih berkabut…
Memang…
Maka pancarkan cahaya kasih itu
Yang mungkin mampu menembus kabut penutup mata hatiku
Hembuskan angin damai mu
Pelan… pelan…. pelan…
Keluarkan kabut ini dari ruang hidupku

Kau mampu……….
Yakinlah…….
Di sudut yang paling gelap aku merintih
Menahan perih……..
Menjadi tawanan gelapnya kabut yang menyayat retina ku

Tumbangkan seribu barisan keraguanmu
Kau masih mampu…..
Lenyapkan keraguan itu…
Aku disini….
Tepat di depan penglihatanmu
Ulurkan tanganmu….
Dan… yakinlah aku kan menjangkaunya
Karena aku disini masih milikmu…

Followers

Agus Hariyadi. Powered by Blogger.